Tuesday, August 2, 2011

1 Ramadhan Memang Seharusnya Tak Berbeda


1 Ramadhan Memang Seharusnya Tak Berbeda

Pemerintah dengan Depagnya dan beberapa ormas Islam berdasarkan hasil sidang itsbat penetapan 1 ramadhan berdasarkan metode rukyatul hilal berhasil mengambil kata sepakat dan menetapkan 1 Ramadhan sebagai awal di mulainya ibadah puasa bertepatan dengan hari senin 1 agustus 2011. Mesk beberapa minggu sebelumnya Muhammadiyah sebagai ormas terbesar di Indonesia telah menetapkan awal ramadhan berdasarkan metode hisabnya jatuh pada hari senin tanggal 1 agustus 2011. Alhamdulillah, 1 Ramadhan di tahun ini sebagian besar ummat Islam di Indonesia berpuasa pada hari yang sama, entah untuk pengakhirannya yaitu penentuan 1 syawal, idul fitri, sama atau beda?
Perbedaan penentuan 1 Ramadhan dan syawal di negeri ini sudah biasa dan dianggap lumrah. Pemerintah dan ormas-ormas Islam seakan tak mau kompak untuk menyamakan persepsi. , “tak perlu diperdebatkan”, kata beberapa pemimpin ormas Islam itu. Namun berbeda bagi mereka yang awam seperti saya. Menurut saya jika terjadi perbedaan penetapan tersebut hal itu merupakan hal aneh bin ajaib. Mengapa saya katakan demikian? kita ini hidup dalam Negara yang sama, perbedaan waktu antara satu provinsi dengan yang lainnya tak begitu mencolok, matahahari dan bulan yang menjadi ukuran penetapan hari juga sama, alat super canggih untuk menyaksikannya hadirnya hilal saya yakin sudah ada. Lalu ko masih beda. Oh terjadinya perbedaanya antara satu dengan yang lainnya karena adanya perbedaan penggunaan metode penetapan yaitu antara yang pake rukyatul hilal dan hisab. Lha aku cuma  bisa terbengong bengong saja dan bertanya dalam hati “bukankah kedua metode tersebut menggunakan satu standar utama, yaitu bulan? karena ummat Islam dimanapun standar tahunnya berdasarkan bulan (qomariyah),  inilah yang tak habis saya mengerti. Satu standar berbeda penetapan. hm..hm..hm, ini pasti ada penyebabnya. Kalau berbeda Negara berbeda tentu bukan soal.
Namun ketika saya mencoba memahami, saya mulai mengerti, perbedaan itu sebenarnya tidak perlu terjadi dan saya sangat yakin sekali dengan logika berfikir saya yang awwam ini (di paragraph kedua). inti perbedaan menurut saya ada pada ego masing-masih ormas dan pemerintah, terserah mau setuju atau tidak, tapi jika kita mau jujur ya demikian adanya. Yang lebih egois lagi adalah pernyataan yang pernah saya dengan dari seseorang, dia berkata “kita inikan hidup bukan di negera Islam, Negara ini kan Negara yang “tidak jelas” jadi tidak ada otoritas yang khas yang menjadi ikutan.” weleh…weleh dalam hatiku berkata “kenape ente masih tinggal di sini, sono gidah tinggal di tempat laen yang sesuai dengan keyakinanmu”.
Ego ormas Islam dan pemerintah dengan metodenya dan ukurannya masing-masing nampaknya perlu untuk disatukan, aneh kalau tidak bisa. Mereka harus duduk bersama untuk bermusyawarah menentukan kesepakatan dari standar yang paling detil. Namun memang butuh kerja ekstra keras dan waktu yang tidak sedikit karena dalam kaca mata saya, ini berkait erat dengan sejarah negara dan terbentuknya ormas-ormas Islam tersebut plus pakem/rules yang mereka yakini, meski hal itu bukanlah suatu yang akan merubah keyakinan (iman, tauhid) jika memang harus diubah untuk disepakati berdasarkan dalil-dalil yang shahih di era digital ini.
Namun jika memang egoism cultural masing-masing ormas tersebut yang di kedepankan, ya selamat berbeda. Itulah pendapat awwam saya, mungkin salah menurut pendapat anda, tapi saya sangat yakin kalau ini benar, karena saya yakin sekali kalau penentuan awal ramadhan dan syawal di Indonesia tidak pantas untuk berbeda. Wallaahu a’lam.


No comments: