Friday, February 27, 2009

Orang Beriman Yang Beruntung

Orang Beriman Yang Beruntung
Oleh; Bang Gun
http://aagun2010.multiply.com

Malam ini (kamis 26 Feb. 2009 jam 8.00-09.30) Pengajian Remaja Nurul Islam mencoba mempelajari surah al-mu’minuun (23) 1 sampai 11 dan berusaha mengambil nlai-nilai yang ada di dalamnya untuk kehidupan. Pengajian di awali dengan tadarus al-Quran surah al-mu’minuun ayat 1 s/d 11 dilanjutkan dengan pembacaan terjemahnya oleh salah seorang santri sedang yang lain diminta menyimak dengan baik. Setelah tadarus selesai saya saya melontarkan petanyaan. Jika kalian simak terjemahan ayat 1 s/d 11 tadi sebenarnya ada dua kata kunci, coba siapa yang tahu? Begitu saya mengajukan pertanyaan kepada mereka. Di antara mereka ada yang menjawab, “orang beriman dan beruntung”. Yups, tepat sekali.

Berikut ulasannya:

1. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”
“Qadd aflaha al-mu’minuun”
Kata kunci dari ayat pertama ini adalah kata “beruntung dan orang yang beriman”. Lalu saya meminta mereka mendefinisikan kata beruntung. Sebelum mereka mendefiniskannya, saya meminta mereka membuat sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat kata beruntung. Mereka semua mengungkapkan contoh kalimatnya, ada yang mengatakan, “selamat anda beruntung”, ada juga yang menyatakan “Nina sangat berutung karena memiliki ibu yang sangat mencintainya”, yang lain tak mau kalah “perempuan itu beruntung karena mendapatkan laki-laki yang baik seperti dia”, lalu, “Anda beruntung mendapatkan hadiah yang bagus”, selanjutnya “selamat anda berutung mendapatkan motor baru itu” dan yang lainnya.

Setelah itu, saya meminta mereka membuat kesimpulan dalam bentuk definisi. Nampak mereka mulai berfikir, mereka satu persatu memberikan definisinya. Akhirnya kami menyepakati untuk menyimpulkan kata beruntung . Beruntung adalah mendapatkan/memiliki sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Sesuatu yang kita dapatkan dan kita miliki yang membawa pada kesenangan dan kebahagiaan. Dan jika kita kaitan dengan transaksi, jual beli beruntung berarti mendapatkan kelebihan dari hasil penjualan setelah dipotong modal. Lalu saya tanyakan lagi kepada mereka, apa lawan kata beruntung, mereka sepakat “merugi”. Secara umum orang yang mendapatkan keuntungan dalam usaha insya Allah akan senang dan bahagia, sedang jika sebaliknya adalah menderita.

Lalu saya tanyakan lagi kepada mereka, siapa sih yang dalam ayat ini Allah nyatakan sebagai orang yang beruntung? Mereka menjawab kompak ”orang-orang yang beriman”, ”tepat sekali”, ”orang-orang yang beriman”. Orang-orang yang beriman yang seperti apa? Mereka menjawab:
1. orang-orang (beriman) yang khusyuk dalam salatnya,
2. orang-orang (beriman) yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
3. orang-orang (beriman) yang menunaikan zakat
4. orang-orang (beriman) yang menjaga kemaluannya,
5. kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela
6. siapa (beriman) mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
7. orang-orang (beriman) yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, Dan orang-orang (beriman) yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,
8. orang-orang (beriman) yang memelihara sembahyangnya
9. Mereka itulah orang-orang (beriman) yang akan mewarisi
10. (yakni) (beriman) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka (orang-orang yang beriman) kekal di dalamnya

Lalu saya mengkaitkan ayat ini dengan bagian dalam ayat dalam surah yang lainnya, misalnya surah al-Bayyinah
1. Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (ayat 6)
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (ayat 7)
3. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya (8)

Ayat tersebut diatas juga berkatian hubungan (munasabah) dengan
1. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (ayat 4)
2. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), ayat 5)
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (ayat 6)

Pengaitan ini bertujuan menguatkan keyakinan kita sebagai muslim dengan melakukan commpare and contras dengan orang-orang kafir (al-bayyinah ayat 6) dan orang-orang yang tak mengunakan potensi kemanusiaannya (ayat 5 surah at-Tiin)

Dari pengajian ini kami simpulkan ternyata iman saja tidak cukup tanpa menghasilkan buah dari iman, lalu apa buah dari iman itu? Amal shaleh (perbuatan baik/akhlak mulia) (Qs Al-Bayyinah ayat 7) dan at-tiin ayat 6) iman yang benar dan kokoh ibarat sebuah pohon yang kokoh dan kuat dan buahnya yang dihasilkan menjadi makanan yang menyehatkan. Begiutlah gambaran orang yang beriman (Islam) keyakinannya menjadikan orang yang ada disekelilingnya mendapatkan kebaikan, kesenangan, kedamaian dan kebahagiaan, bukankah demikian Rasul kita tercinta? Mari introspeksi diri, berbuahkah iman kita? Manis, menyehatkan, menyegarkan atau sebaiknya?

Nah berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas akan kita temukan korelasi definisi kata beruntung di sini seperti yang diungkan anak-anak tersebut dengan janji Allah. yaitu; mendapatkan/memiliki sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan, pada ayat terakhit Allah berjanji, Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya? Dalam ayat ini Allah menjanjikan akan memberikan (mewariskan) sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan, surga firdaus, yang akan kita dapatkan dan nikmati selama-lamanya, subhanallah, luar biasa. Tentunya Allah sediakan bagi orang yang beriman yang telah memenuhi syarat, sifat dan kriteria dalam surah almu’minuun tersebut atau dalam bahasa kesimpulan dua surat yang lainya, iman dan amal shaleh. Wallaahu a’lam

Orang Beriman Yang Beruntung

Orang Beriman Yang Beruntung

Oleh; Bang Gun

http://pengajianurulislam.blogspot.com

Malam ini (kamis 26 Feb. 2009 jam 8.00-09.30) Pengajian Remaja Nurul Islam mencoba mempelajari surah al-mu’minuun (23) 1 sampai 11 dan berusaha mengambil nlai-nilai yang ada di dalamnya untuk kehidupan. Pengajian di awali dengan tadarus al-Quran surah al-mu’minuun ayat 1 s/d 11 dilanjutkan dengan pembacaan terjemahnya oleh salah seorang santri sedang yang lain diminta menyimak dengan baik. Setelah tadarus selesai saya saya melontarkan petanyaan. Jika kalian simak terjemahan ayat 1 s/d 11 tadi sebenarnya ada dua kata kunci, coba siapa yang tahu? Begitu saya mengajukan pertanyaan kepada mereka. Di antara mereka ada yang menjawab, “orang beriman dan beruntung”. Yups, tepat sekali.

Berikut ulasannya:

  1. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”

"Qad aflaha al-mu’minuun”

Kata kunci dari ayat pertama ini adalah kata “beruntung dan orang yang beriman”. Lalu saya meminta mereka mendefinisikan kata beruntung. Sebelum mereka mendefiniskannya, saya meminta mereka membuat sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat kata beruntung. Mereka semua mengungkapkan contoh kalimatnya, ada yang mengatakan, “selamat anda beruntung”, ada juga yang menyatakan “Nina sangat berutung karena memiliki ibu yang sangat mencintainya”, yang lain tak mau kalah “perempuan itu beruntung karena mendapatkan laki-laki yang baik seperti dia”, lalu, “Anda beruntung mendapatkan hadiah yang bagus”, selanjutnya “selamat anda berutung mendapatkan motor baru itu” dan yang lainnya.

Setelah itu, saya meminta mereka membuat kesimpulan dalam bentuk definisi. Nampak mereka mulai berfikir, mereka satu persatu memberikan definisinya. Akhirnya kami menyepakati untuk menyimpulkan kata beruntung . Beruntung adalah mendapatkan/memiliki sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Sesuatu yang kita dapatkan dan kita miliki yang membawa pada kesenangan dan kebahagiaan. Dan jika kita kaitan dengan transaksi, jual beli beruntung berarti mendapatkan kelebihan dari hasil penjualan setelah dipotong modal. Lalu saya tanyakan lagi kepada mereka, apa lawan kata beruntung, mereka sepakat “merugi”. Secara umum orang yang mendapatkan keuntungan dalam usaha insya Allah akan senang dan bahagia, sedang jika sebaliknya adalah menderita.

Lalu saya tanyakan lagi kepada mereka, siapa sih yang dalam ayat ini Allah nyatakan sebagai orang yang beruntung? Mereka menjawab kompak ”orang-orang yang beriman”, ”tepat sekali”, ”orang-orang yang beriman”. Orang-orang yang beriman yang seperti apa? Mereka menjawab:

  1. orang-orang (beriman) yang khusyuk dalam salatnya,
  2. orang-orang (beriman) yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
  3. orang-orang (beriman) yang menunaikan zakat
  4. orang-orang (beriman) yang menjaga kemaluannya,
  5. kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela
  6. siapa (beriman) mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
  7. orang-orang (beriman) yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, Dan orang-orang (beriman) yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,
  8. orang-orang (beriman) yang memelihara sembahyangnya
  9. Mereka itulah orang-orang (beriman) yang akan mewarisi
  10. (yakni) (beriman) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka (orang-orang yang beriman) kekal di dalamnya

Lalu saya mengkaitkan ayat ini dengan bagian dalam ayat dalam surah yang lainnya, misalnya surah al-Bayyinah

  1. Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (ayat 6)
  2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (ayat 7)
  3. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya (8)

Ayat tersebut diatas juga berkatian hubungan (munasabah) dengan

  1. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (ayat 4)
  2. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), ayat 5)
  3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (ayat 6)

Pengaitan ini bertujuan menguatkan keyakinan kita sebagai muslim dengan melakukan commpare and contras dengan orang-orang kafir (al-bayyinah ayat 6) dan orang-orang yang tak mengunakan potensi kemanusiaannya (ayat 5 surah at-Tiin)

Dari pengajian ini kami simpulkan ternyata iman saja tidak cukup tanpa menghasilkan buah dari iman, lalu apa buah dari iman itu? Amal shaleh (perbuatan baik/akhlak mulia) (Qs Al-Bayyinah ayat 7) dan at-tiin ayat 6) iman yang benar dan kokoh ibarat sebuah pohon yang kokoh dan kuat dan buahnya yang dihasilkan menjadi makanan yang menyehatkan. Begiutlah gambaran orang yang beriman (Islam) keyakinannya menjadikan orang yang ada disekelilingnya mendapatkan kebaikan, kesenangan, kedamaian dan kebahagiaan, bukankah demikian Rasul kita tercinta? Mari introspeksi diri, berbuahkah iman kita? Manis, menyehatkan, menyegarkan atau sebaiknya?

Nah berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas akan kita temukan korelasi definisi kata beruntung di sini seperti yang diungkan anak-anak tersebut dengan janji Allah. yaitu; mendapatkan/memiliki sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan, pada ayat terakhit Allah berjanji, Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya? Dalam ayat ini Allah menjanjikan akan memberikan (mewariskan) sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan, surga firdaus, yang akan kita dapatkan dan nikmati selama-lamanya, subhanallah, luar biasa. Tentunya Allah sediakan bagi orang yang beriman yang telah memenuhi syarat, sifat dan kriteria dalam surah almu’minuun tersebut atau dalam bahasa kesimpulan dua surat yang lainya, iman dan amal shaleh. Wallaahu a’lam

Wednesday, February 25, 2009

Keluarga Adalah Amanah

Keluarga Adalah Amanah

Menikah adalah perintah-Nya, mempunyai keturunan (jika mampu) juga perintah-Nya, menjaga keturunan (harus mampu) itu amanah-Nya. Manusia hanya sebatas berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan haknya, hak manusia adalah mengambil apa yang menjadi amanah-Nya dalam setiap sisi kehidupan, itulah ibadah.

Jadi menjaga keluarga adalah hak setiap manusia karena itu merupakan bentuk pengabdian (ibadah) kita kepada-Nya.


Wednesday, February 18, 2009

Fenomena Ponari

Fenomena Ponari
Oleh: Aagun
http://aagun2010.multiply.com
http://pengajianurulislam.blogspot.com


Kini fenomena baru dan luar biasa kembali melingkari tayangan-tayangan media cetak serta elektronik kita. Ponari. Ya, bocah usia 10 dari jombang jawa timur begitu fenomenal bak selebritis baru dan telah menarik energi jutaan manusia Indonesia dan mungkin bukan hanya Indonesia yang telah disihir oleh pemberitaan media cetak maupun elektronik, mungkin bisa mengalahkan hiruk-pikuk pemilu dengan segala atributnya atau kampanye calon legislative.

Entah apa sebanya ribuan warga begitu meyakini kesaktian batu ajaibnya dengan hanya dicelupkan pada wadah-wadah air yang sangat sederhana yang dibawa para pasiennya. Tak masuk akal begitu kira-kira sangkaan dari kebanyakan kita yang tak mengalaminya, tapi ratusan orang yanghadir di sana rela antri berdesak-desakan hingga ada yang meregang nyawa seakan tak menyurutkan keinginan menghentikan langkah, malah semakin “menggila”, subhanallah.

Saya melihat tayangan salah satu stasion televisi yang menunjukan “kegilaan” para pasiennya ketika untuk sementara ditutup karena telah menelan beberapa korban meninggal karena berdesak-desakan mengantri celupan batu dari tangan sang dukun cilik yang fenomenal itu. Apa bentuk kegilaanya? Para pasien mengambil apa saja yang berhubungan dengan diri ponari. Ada yang mengambil tanah di dekat kamar mandi, mengambil air kotor dari selokan dekat pemandian dan lain lain, inna lillaahi wa inna ilahi raajiuun

Kita tak bisa menyalahkan ponari maupun pasiennya, dan kita tidak bisa mengutuk perilaku mereka, apa lagi dengan predikat musyrik, sebagai mana teman bicara saya sesama muslim saat membahasnya. Ada hal yang mendasar mengapa mereka melakukan itu, pertama; kemiskinan kedua keyakinan (agama) dan ketiga kebodohan. Miskin; ada kata hikmah yang mengatakan “kaadal faqru an yaakuuna kufran” , “kemiskinan yang membawa pengaruh disetiap sisi akan mendekatkan orang pada keingaran (kekufuran) kekufuran adalah kebodohan begitu kira-kira. Siapa yang bertanggung jawab tentu para ulama/cendikiawan muslim/ustadz-ustadz/kiayi-kiayi atau apalah sebutannya. Mengapa sampai terjadi hal ini? Dan mengapa bisa begini?

Adalah tanggung jawab dari para pemuka agama (islam) yang sadar di jawa timur khususnya untuk melakukan pendekatan yang baik kepada para pasien terutama, agar mereka tidak terjembab pada kemusyrikan. Peran pemerintah pusat dan daerah atawa orang yang akan memerintah juga para calon wakil-wakil rakyat hendaknya mau memikirkan dan mencari solusi, bukan hanya berdiam diri atawa malah menjadikan fenomena ini sebagai dagangan politiknya.

Entah kebenaran keampuhan pengobatan dukun cilik ini seperti apa, jika memang benar bisa menyembuhkan, tersiar kabar benar atau tidak praktek ponari ini akan ditutup? mbok ya jangan di tutup atau dilarang, tinggal diatur manajemen nya saja, mengapa? karena jika kita lihat mereka yang datang boleh dikata mereka adalah kaum tua renta yang dari sisi ekonomi dan pendidikan termarginalkan. Juga perlu adanya peran pemerintah desa, kelurahan atau kecamatan misalnya untuk memfasilitasinya, agar tidak jatuh korban lanjutan, sebab niatnya berobat malah sekarat atau menjemput maut, kasihankan?

Cukup bijak ketika Kak Seto menyatakan "Penutupan itu tidak bisa karena Ponari memang ingin tetap mengobati. Itu atas keinginan dia sendiri," ujar Kak Seto kepada okezone, Selasa (17/2/2009). Dan banyak orang juga butuh penyembuhan (penulis).

Untuk merealisasikan jalan tengah ini, Kak Seto telah meminta Bupati Jombang agar membangun tandon air yang disalurkan dengan pipa dan kran. Pengaturan ini diharapkan bisa membuat antrean pasien menjadi tertib karena pelayanan Ponari bisa dilakukan secara masiv. Sementara itu, untuk mengeliminir kekhawatiran praktik Ponari akan menimbulkan kemusyrikan, Kak Seto juga meminta para tokoh agama untuk memberi pengertian kepada umatnya sehingga tidak terjebak dalam kemusyrikan.” (http://news.okezone.com/read/2009/02/17/1/193420/1/kak-seto-sarankan-ponari-praktik-sepekan-2-kali)

Sekali lagi peran aktif orang-orang yang sadar dan mampu dari dan dalam segala sisi sangat dibutuhkan untuk menyembuhkan sebagian besar anak bangsa, sebagai dampak dari kerakusan dan kebodohan para pemimpinnya dan para ulamanya. Wallaahu ‘alam

Monday, February 16, 2009

Fenomemena Atribut Partai

Fenomena Bendera Partai dan Kondisi Real Indonesia

Oleh: Gunawan


Bendera partai, stiker besar dan kecil, atau selebaran kertas yang menempel dan terpaku di mana tempat yang bisa ditempel dan dipaku menjelang pemilu, pilkada provinsi, kota, kabupaten, pemilihan lurah membuat semrawut wajah kota. Jika modal lebih banyak bias pasang baliho yang besar ditempat yang stategis. Inilah wajah Indonesia. Nampaknya kesemrawutan yang saya gambarkan di atas berbanding lurus dengan kesemrawutan perilaku para pemimpin bangsa dan calon pemimpin bangsa.

Setuju atau tidak tapi demikianlah adanya, tentulah jika mereka semua yang telah duduk dan menjadi “penguasa” juga pendikte kehidupan rakyat mau peduli dan sungguh-sungguh peduli tentu hasilnya akan berbeda. Tapi apa lacur, keinginan meraih kekuasaan dengan berjuta-juta alasan mengiasi bibir telah menutup mata-hati mereka yang kini berusaha menipu rakyat jelata.

Inilah Indonesia di mana kekuasaan adalah raja, jika sudah naik tak ingin turun, lihatlah wajah-wajah diantara mereka dari berbagai orde mereka ada, dari partai lain kepartai yang lainya dari partai gurem hingga partai gajah, intinya saya ingin berkuasa, usia tak menjadi masalah yang penting harta bias terus melimpah. Wajah para penguasa Indonesia tak jauh beda dengan semrawutnya bendera dan atribut partai yang ada dalam setiap sudut dan tembok kota. Inilah Indonesia, negeriku negeri yang para pemimpinnya dan mantan pemimpinya ga pernah akur apalagi rakyatnya. He..he..he..he…, ada yang mau menyanggah????

Santri Sore














Ini sebagian santri yang mengikuti kegiatan pengajian sore hari

Friday, February 13, 2009

Pelajaran Dari Sebuah Doa

Pelajaran Dari Sebuah Doa

Oleh: Bang Gun

Kita sering berdoa atau membaca doa tapi pernahkah kita memikirkan keindahan isi dan sistematika susunan kalimatnya? Malam ini (kamis, 12/02/09) pengajian remaja nurul islam mecoba membahas sebuah doa yang memiliki pengertian yang luar biasa dalamnya dari sisi makna dan betapa susunan doa ini bias diumpamakan bagai cermin yang hilang dalam rumah umat Islam, lalu bagaimana ungkapan doa itu:

Allahummaj ‘alni shabuuran, waj’alni syakuuran, waj’alni fii ‘aini shagiiran wa fii a’yuninnaasi kabiiran.

Terjemahannya seperti ini “Yaa Allah jadikanlah aku orang yang shabar, jadikanlah aku orang yang bersyukur, jadikanlah aku dalam memandang diriku seorang yang kecil/hina dan jadikanlah aku seorang yang memandang besar ketika memandang diri orang lain (dalam arti tidak meremehkan, memandang hina, melecehkan atau merendah orang lain dan lain-lain)

Kami mencoba memahami doa ini sebagai berikut; dalam doa ini kita meminta kepada-Nya agar dijadikan orang yang sabar atas semua, orang yang senantiasa bersyukur/berterimakasih atas semua, dan berharap kepada-Nya dijauhkan dari sifat sombong, mengapa? karena satu ciri dari orang yang sombong adalah orang yang senantiasa memandang dirinya lebih besar dari orang lain, memandang diri lebih mulia, lebih cantik, lebih ganteng, lebih kaya dan lebih-lebih yang lainnya sebaliknya selalu memandang hina orang lain. Jika kita kembali ke al-Quran Allah SWT telah menjelaskan sombong merupakan satu sifat yang bisa menghancurkan kehidupan dan kemuliaan, contohnya iblis laknatullaahu ‘alaihi.

Jika pahami lebih dalam lagi dalam doa ini, kita menemukan dua sifat satu sifat yaitu sabar, sifat yang jika tertanam dalam diri manusia insya Allah akan mendatangkan kebahagiaan sedang sifat sombong akan membawa kehancuran. Kita tahu kedua sifat ini ada dalam al-asmaa al-husnaa yaitu ash-shabur dan al-mutakabbir. Sadarkah kita bahwa Allah senantiasa memperlihatkan kesabarannya dibandingkan kesombongan-Nya. Buktinya apa? Dia memuliakan semua yang telah Ia ciptakan, ia tidak memandang hina semua ciptaanya, kecuali mereka yang ingkar, siapa? Iblis. Mengapa? Abaa wastakbar wa kaana minal kaafiriin, ia (iblis) sombong dan dia adalah makhluk yang ingkar (ingkar pada perintah Allah dan bukan menafikan/meniadakan Allah. Tuhan saja yang punya sifat sombong tak pernah memperlihatkan kesombongannya, tetapi iblis sebaliknya. Nah inilah mengapa kemudian Allah membencinya, Allah benci karena kesombongannya. Tidak usah jauh-jauh kita melogikakannya, bertanyalah pada diri sukakah kita pada orang yang sombong? Jika kita melihat orang yang kelihatannya menampakan sifat yang satu ini sadar atau tidak ungkapan ketidak sukaan pastinya ada, apakah terungkap atau tidak, apalagi Allah yang menciptakan manusia untuk berbuat yang mulia.

Pemahaman yang kedua seperti ini; doa ini sangat sistematis sekali, dalam hal apa? Dalam susunan kalimatnya. Kita temukan tiga S, pertama permohonan dijadikan orang yang sabar, kedua syukur dan ketiga mohon dijauhan dari sifat sombong. Ketahuilah orang yang sabar insya Allah akan senantiasa bersyukur dan orang yang selalu bersyukur tentulah bukan orang yang sombong. Lalu orang yang tidak sabar insya Allah dia bukan orang yang bersyukur dan orang yang tidak bersyukur pastilah ia sombong, begitu kira-kira. Orang yang sombong hanya melihat diri dan kepentingannya sehingga lupa pada yang lain apalagi pada Tuhannya, mengapa? orang yang sombong adalah mereka yang telah mempertuhan dirinya, naudzu billaahi min dzalik.

Begitulah kira-kita inti dari doa yang saya kutip dari sebuah buku yang sudah agak usang karena terlihat lusuh dan tak bercover sebuah terjemahan dari kitab Nashaihul ’ibad karya Ibnu Hajar Al-Asqalany yang disyarahkan oleh Muhammad Nawawi bin Umar terbitan Pustaka Amani – Jakarta cet. 1 1998 dan diterjemahkan oleh Drs. I. Shalihin.

Semoga sifat sabar dan syukur senantiasa hadir dalam warna kehidupan kita sehari, amiin. Wallaahu a’lam.