Wednesday, April 29, 2009

Ungkapan Wapres Yang Nyapres, Benarkah?

Ungkapan Seorang Wapres Yang Nyapres, Benarkah?

Seperti biasa setiap pagi di hari kerja koran tempo (maaf bukan promosi) setia menemani perjalanan panjang Bekasi-Jakarta via tol cikunir dengan bus jemputan setia (mayasari bakti 132/tunggal daya, juga bukan promos,i karena memang tak layak dipromosikan) mengapa? Karena kondisi bus tersebut hampir dan sudah tak layak jalan dan berdampingan setia dengan sopir-sopir yang tak pernah memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penumpang, setoran dan komisi, mungkin begitu yang ada dalam benak mereka. Tapi kenapa masih naik? ya mau apa lagi, tidak ada pilihan, karena itulah rute terdekat menuju Cilandak dari Bekasi.

Kembali keinti masalah. Pada headline Koran itu tertulis sebuah ungkapan seorang wapres yang capres, begini, “teman-teman di daerah terpecah-belah pandangannya. Ditakut-takuti (karena kasus korupsi). Orang yang perkaranya 10 tahun lalu, (dengan nilai) Cuma beberapa juta ditangkapi,”. Terus terang ungkapan tersebut sangatlah mengejutkan dan sangat mengganggu. Mengapa mengganggu? Pertama ungkapan itu datang dari seorang wapres yang nyapres. Kedua, langsung terlintas dalam benak ane menafsirkan pernyataan itu, “jadi jika perkara itu telah berlalu tak perlu diungkap, dan agar tidak terungkap ya biarkan saja”, ketiga, nampaknya dia tidak peduli pada kondisi rakyat Indonesia yang menderita karena merajalelanya tindak korupsi. Kelima, kalau cuma berapa juta yang dikorup ya tidak masalah biarkan saja tak perlu diungkaplah. Begitu kira-kira.

Maka jika benar apa yang dimuat dalam isi pada headline Koran Tempo itu benar-benar diungkap oleh seorang capres yang nyapres, saya hanya bisa berkata “inna lillaahi wa inna ilaihi rajiiuun.” Nyata bagi kita sebagai rakyat kelas bawah yang boleh dikata kurang mendapatkan perhatian bagaimana tindak kejahatan menyelewengan jabatan merupakan hal yang biasa. Nyatanya dalam realitas kehidupan ya memang begitu.

Jika berita itu benar, hal itu merupakan cermin dari kebanyakan para poli tikus negeri ini. Jika itu benar itulah yang terjadi pada elit negeri ini, jika itu benar jangan harap kehidupan rakyat negeri ini akan berubah, jika itu benar ???, Apakah itu benar?

Monday, April 20, 2009

Ada Apa Dengan Masjid Kubah Emas?

Ada Apa Dengan Masjid Kubah Emas?

Beberapa kali dari beberapa teman yang berbeda bertanya kepada ane tentang masjid kubah emas yang ada di Depok Jawa Barat. Hampir semua diantara mereka terlihat tidak puas mendengar jawaban saya. Begini ceritanya;

Diantara teman-teman yang datang ada yang pernah mengajak berkunjung kesana, tapi tidak bisa karena ada sesuatu hal. Ada juga teman yang menceritakan pengalaman menyaksikan kemewahan masjid itu dan lain-lain, pokoknya mereka yang pernah kesana selalu berdecak kagum. Saya sendiri memang belum melihat dengan mata kepala saya sendiri, tetapi kalau melalui media seperti di TV sih pernah, malah salah satu sta. tv swasta, masjid itu menjadi tampilan utamanya ketika adzan maghrib dan subuh.

Memang masjid itu sangat fenomenal dan wah (walau belum melihat langsung), atau sekedar mendengar ungkapan dari beberapa ibu-ibu majlis ta’lim dan teman-teman yang pernah mengajak saya. Misalnya saya pernah melihat dari tayangan salah satu TV swasta dalam acara infotainmentnya yang akan meliput masjid tersebut tapi tidak bisa masuk karena masjid dan areal sekitarnya sedang dibersihkan, jadi ditampilkan dari luar saja. Melihat dari tayangan TV tersebut, terus terang melihat pemandangannya saja saya sangat senang. Indah sekali nampaknya. Subhaanallah.

Tapi ada yang membuat saya enggan berkunjung kesana, mengapa? Karena kubah mesjid itu berlapis emas. Lho memangnya kenapa? Bukankah itu menunjukan kebanggaan? Seorang teman pernah menyanggah seperti itu. Tapi bagiku tidak, kubah emas itu (kalau memang benar-benar terbuat dengan lapisan emas) membuat hati ini sedih, kenapa? Emas itukan sangat berharga karena harganya mahal, entah berapa kilogram emas habis untuk melapisi kubah masjid itu, jika diungkan luar biasa bukan?

Bagiku itu adalah masjid tempat yang mulia, emas yang ada di kubah itu merupakan bentuk kemubaziran, mengapa mubazir? Begini kemuliaan/ibadah tak bisa disandangkan dengan kemubaziran. Maksudnya, emas adalah harta yang sangat berharga, lalu ia diletakan disebuah tempat yang akan membuat emas itu menjadi tak berharga, mengapa? Emas itu seakan dihambur-hamburkan, seperti apa? Emas itu lambat laun akan berkurang kadarnya karena terpaan alam seperti panas, dingin, angin dll, bukankah itu sama dengan mubazir? Lho kalo gitu apa bedanya dengan monas, kenapa kamu mau kesana? Sanggah temanku lagi, yup, anda benar, saya mau kesana karena monas itu bukan masjid. Itu tempat hiburan/rekreasi, jawabku.

Lalu kamu ga bangga dong? Apa yang perlu dibanggakan, untuk apa membanggakan bangunan, aku akan bangga jika ada orang yang mau berkorban memperjuangkan nasib umat Islam yang terbelakang dari sisi pendidikan? Aku bangga dengan orang yang mau memperjuangkan agamanya, dan bukan “menjual” agamanya. Nah, itulah yang kamu tidak tahu, lokasi itu telah menjadi lokasi emas karena telah menghidupkan ekonomi “ummat”, banyak orang yang berjualan di sana, balasnya. Kalau memang begitu ya bagus dan patut kita banggakan. Dan aku tak pernah menyanggah hal itu.
Kalau begitu kapan kita kesana? Ajaknya lagi. Kalau masjid itu sudah tak berkubah emas, jawabku, singkat. Begini, selama masjid itu masih berkubah emas mungkin aku tidak akan mau kesana. Banyak hal yang membuat hati ini begitu menentang rumah ibadah yang berbalut kemewahan.

Akhir dari obrolan saya meminta maaf atas kebodohan saya yang tak bisa membanggakan apa yang mereka banggakan. Kita hanya berbeda sudut pandang dalam memahami esensi sesuatu, tak perlu dipermasalahkan, anggaplah kita sedang berbagi rasa, kamu merasakan kebanggaan dari apa yang kamu lihat, saya hargai, dan tolong hargai juga kesedihan apa yang saya saksikan. Banyak orang yang sependapat dengan anda, tapi ada pula orang yang mengalami perasaan serupa dengan saya. Wallaahu a’lam.

Mungkin diantara kita ada yang punya pengalaman atau argumentasi lain? Monggo.

Friday, April 17, 2009

Yang Terungkap dan Yang Tidak

Yang Terungkap dan yang Tidak

Ada beberapa hal yang nampaknya tak mengemuka dari ungkapan para pemimpin partai politik berkait dengan rendahnya partisipasi rakyat dalam melaksanakan pemilu legislative. Berdasarkan survey kecil-kecilan walau tanpa data, sebenarnya ada beberapa tipe rakyat Indonesia terhadap pelaksanaan pemilu legislative:
1. Mereka yang golput dalam arti yang sesungguhnya, yaitu mereka yang memang tidak mempunyai pilihan karena sudah hilangnya kepercayaan mereka terhadap kinerja anggota DPR/MPR, berdasarkan pengalaman masa lalu. Dan mereka juga nampaknya gencar mengomentari riweh bin amburadulnya pemilu, siapa hayoo???
2. Mereka yang golput karena ulah KPU, yaitu mereka punya keinginan kuat memilih tapi tidak tercatat dalam DPT, ini akibat rendahnya kinerja KPU sebagai penyelenggara pemilu. Rasanya aneh sekali kalau ada banyak diantara rakyat Indonesia yang terbengkalai, kalau didaerah terpencil, kaya di atas gunung sih masih kita maklumi, lha ini di kota besar like Jakarta? Buruk sangkanya kan, “ngapain aja dengan biaya milyaran rupiah wahai KPU? Masya Allah, kayaknya perlu di usut tuntas nih, biar clear.
3. Mereka yang golput karena sengaja menyia-nyiakan kesempatan sedang mereka terdaftar di DPT, katanya, “mending gue pulang kampung aja liburan”, atau “mending tidur aja di rumah”, ada juga yang tidak tahu batas waktu pencontrengan, pas dia dating eh udah tutup pencontrengannya, bisaaa aja.
4. Mereka yang golput terkena musibah, sakit, orang yang di rumah sakit pada pemilu sekarangkan ga bisa nyontreng di RS.
5. Golput dari kalangan wartawan cetak dan elektronik yang sedang menjalankan tugas diluar dapilnya.

Itulah kira-kira hasil “gerilya” saya dan mensikapi tingkah laku para elit politik, dan saya yakin sekali boleh dikata kecurangan itu ada pada setiap sisi dari yang terbawah sampai yang tertinggi, jadi jangan pada munafik ya, sok paling bersih pada. Apa lagi punya keinginan mengulang pemilu, boleh aja sih asal pake uang bapak moyang ente, jangan pake uang rakyat, mikir wahai para bos-bos poli tikus.
He…he…he…sori kalo pake sewot. Wassalam.

Tuesday, April 7, 2009

Sampai Saat Ini Saya Golput

Akankah Golput?

Ketika seorang teman bertanya, "mau pilih apa hari kamis?" ane jawab "belum ada piliha". Mengapa?, Bingung? tanyanya lagi. Bisa ya bisa juga tidak, jawabku politis. Bingung, bingung itukan orang yang ga tahu tujuan, mau kearah mana, karena semua caleg bermulut gula. Nah kalo ane, punya arah, tapi setelah memperhatikan dari beberapa pemilu yang ane ikutin, boleh di kata semua ga jauh beda, bahkan makin parah. Tapi ada bagusnya juga misalnya pengungkapan masalah korupsi, kalo jaman dulu kaga segencar sekarang, walau tetep aja masih ada kejanggalan dalam penetapan hukum buat para koruptor. Ape lagi kalo ane nyaksiin "bangku kosong", atawa mereka yang kelelahan sampai tertidur pula (ngorok juga kali) memikirkan nasib rakyatnya, luar biasa kan? Tapi sekarang bangku itu sedang diperebutkan ribuan orang, dan rela mengeluarkan uang banyak, dengan pembodohan politik, pada saat kampanye parpol parpol, yang ada dangdut erotis, he..he..he...makin terlena aja dah, lupa sama untuk apa sebenarnya mereka datang panas-panasan atawa kehujanan. Btw ada yang bilang juga, lumayan, bisa jalan-jalan konvoi, bisa melanggar aturan, menguasai jalan, membuat kemacetan, tanpa tahu adakah perubahan yang lebih baik setelah pesta ini berlalu?

Trus, tanyanya lagi?. ya ane lagi menunggu ketetapan hati yang lebih mendamaikan saja, sampai hari H-nya. Btw golput itukan diharamkan? tanya-nya lagi, "ah itu mah cuman lelucon doang". Mereka ga berfikir mendasar yang menjadi pokok masalahnya, yaitu, mengapa ada orang yang memilih golput. Seharusnya mereka mencatat baik-baik tuch, bagaimana hukumnya memilih para pembohong dan koruptor? Mencerna baik-baik tuch gaya-gaya kampanye yang menjurus pada pembodohan, dan hiburan yang tak mendidik, terutama anak-anak kecil yang nampaknya sangat menikmati hiburan dangdut erotis. Bagi ane mah keputusan haram itu tidak pada tempatnya. Jabatan itukan amanah-Nya, lha kalo, gaji dah selangit plus tunjangan-tunjangan yang sangat memalukan, tapi kerjanya molor, mangkir, korup? Nah itu, perlu MUI tegasin, cerdasin ummatlah.

Trus, ente kaga milih? bisa ya bisa tidak. Plin-plan dong? kejarnya. Plin-plan? gumanku sedikit berfikir, kalo menurut ane plin-pan itu orang yang ga punya keputusan, trus asal contreng. Misalnya, kalo ente milih, trus ente ga tahu siapa yang ente pilih dan partai apa yang ente pilih yang penting asal contreng, nah itu baru plin plan. Nah, kalo ane sedang berfikir, mana yang lebih maslahat untuk dipilih, kalo sampai hari H-nya ga ada, ya udah, buat apa memilih. Btw mudah-mudahan menjelang hari H sudah ada keputusan.

Gimana sudah mengerti? tanyaku. Ga, juga jawabnya. Ga papa, jawabku, mungkin ente sudah punya keputusan memilih, bagus itu. Lanjutkan!!!!