Antara Rendah Diri
dan Merendahkan Diri; Sebuah Permainan Kata-Kata
Kata rendah diri (inferiority) memiliki
konotasi makna dan rasa bahasa yang sangat negative. Kata rendah diri adalah
sikap yang menunjukan ketidak mampuan seseorang untuk eksis, kaga PD, kurang percaya
diri Rendah diri adalah sikap tanpa kemauan dan menunjukan gaya hidup yang pesimis,
tak mampu menatap/menyongsong masa depan. Rendah diri merupakan sikap
pengabaian akan potensi besar yang ada dalam diri setiap manusia sebagai
anugerah gratis dari Tuhan, Allah SWT. Rendah diri adalah symbol untuk sikap
dan perilaku yang tidak mau berkembang dan maju, meningkat melesat. Sikap redah
diri adalah wujud dari ketidak tahuan diri akan potensi dan kualitas diri.
Orang yang rendah diri bisa dikatakan memiliki kelainan/penyakit secara
psikologis.
Selain kata rendah diri, ada juga
kata merendahkan diri atau rendah hati. Kata ini memiliki akar kata yang sama,
yaitu kata rendah dan diri, perbedaanya menjadi sangat mencolok setelah kata
ini diberikan tambahan yaitu awalan me dan akhiran kan. Tambahan awalan me dan
akhiran menjadikan kata ini bermakna
lebih aktif dan positif bahkan sangat positip. Jika kata rendah diri lebih
bersifat fasif, maka kata merendahkan diri lebih bermakna aktif, yaitu sikap
yang tidak mau menunjukan, pamer (show off) kelebihan yang dimiliki. Orang yang
memiliki sikap merendahkan diri dapat diumpamakan seperti kata pepatah memiliki ilmu padi, semakin berisi
semakin merunduk, dalam bahasa agama kita menyebutnya dengan tawadhu atau dalam bahasa sundanya handap asor.
Sikap rendah diri biasanya di
dominasi oleh sikap malu yang berlebihan didominasi oleh rasa malas takut dan
khawatir, rendah diri bisa disebut dengan minder. Malu boleh, takut wajar,
khawatir harus dan kita memang harus punya malu, malu…jika melakukan maksiat, khawatir
…kalau berzina, takut jika mencuri, malu kalau korupsi dan lain-lain. Sedang
sikap merendahkan diri berinti pada rasa malu, takut, dan khawatir amal
perbuatannya tidak diterima oleh Allah karena takut akan pujian yang bisa
menghanyutkan diri dan terjembab pada perilaku sombong. Merendahkan diri lebih
pada penunjukan sikap sopan santun, handap asor, khawatir jika dirinya takut
terjerumus pada perbuatan yang menimbulkan dosa yaitu bersikap ujub (sombong)
atau riya (pamer).
Harus pula kita camkan dengan
baik. orang yang merendahkan diri bisa masuk kemana saja, golongan mana saja, karena
ia tidak memiliki beban moral melainkan ingin menunjukan sikap moral. Sedang
rendah diri sungguh sangat menyulitkan seseorang untuk bergaul dan sehingga sulit
masuk serta bersosialisasi kepada kelompok lain. Dalam kitab keyakinan sahabat saya tertulis:
Dan
barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan. (Matius 23:12)
Rendah diri adalah sebuah sikap
yang pendukung fanatisnya adalah rasa malas dan takut, sedang merendahkan diri merupakan
sikap yang didukung penuh oleh rasa optimis dan berinti pada ilmu dan pengetahuan
agama. Merendahkan diri menunjukan sikap hormat dan menghargai, mengakui
eksistensi orang lain. Seorang penutut ilmu akan sukses jika mampu merendahkan
diri, sebaliknya tak akan pernah mengalami kemajuan jika rendah diri. Seorang
musafir tidak akan pernah mengalami kehausan dan kelaparan disebabkan ia
memiliki sikap merendahkan diri, namun sebaliknya akan sangat tersiksa, jika ia
rendah diri. Merendahkan diri adalah sikap meminta, tunduk dan merupakan salah
satu adab dalam berdoa. Wallaahu a’lam.