Friday, November 25, 2011

Jujurlah; Karena Kejujuran Tidak Pernah Membawa Petaka

Beberapa minggu yang lalu saya sempat memberikan motivasi untuk anak-anak di pengajian nurul Islam Ciledug, kota Tangerang yang membahas kejujuran. Jujur merupakan satu sifat Nabi Muhammad SAW, shiddiq. Karena kejujurannya, hingga saat ini beliau dikenang dan dipuji, namun karena kejujurannya ada pula segelintir orang yang membenci. Memuji, karena sesuai dengan apa yang diyakininya, membenci, karena terjadi benturan dengan keinginan/idenya/pahamnya.



Jujur merupakan sikap keterbukaan, namun bukan buka-bukaan (sebagaimana fenomena seorang ustadz selebritis dengan mantan istrinya yang kerap muncul pada tayangan infotainment, yang menurut saya sangat memalukan). Sedang lawan dari sikap jujur adalah bohong yaitu sikap menutup-nutupi kebenaran, manipulasi dan korupsi. Dalam bahasa agama yang saya pahami orang yang menutupi bahkan menjauhi kebenaran  Tuhan disebut kafir. 

Manusia hidup taqdirnya adalah bermuamalah, melakukan interaksi dan relasi social dengan yang lainnya. Dalam sebuah interaksi ada kepercayaan, dan kepercayaan inilah kunci dari suksesnya muamalah seseorang. Dalam bermuamalah dibutuhkan kejujuran dan kepercayaan. Jujur dan percaya merupakan hukum sebab akibat. Sebuah kepercayaan lahir dari perilaku. Salah  dua (maaf sedikit dari kebiasaan) akibat tidak adanya  sifat jujur  adalah hilangnya kepercayaan orang lain. Jika kepercayaan orang hilang maka kerugianlah yang akan di derita si pembohong. Mari kita mencoba menyimak diri dengan bertanya adakah di dunia orang yang mau bermua’malah dengan orang yang tidak jujur? saya yakin 1000% tidak ada. Mana ada di dunia ini orang yang mau dibohongi, mengapa? Karena kejujuran adalah fitrah manusia.

Dampak dari kekujuran bagi pribadi adalah kedamaian, ketenangan dan kedamaian hidup, yang berujung pada kebahagiaan. Sedang kebohongan apakah itu terungkap atau tidak, ia akan melahirkan ketakutan, kegelisahan, was-was dan kecemasan. Untuk itu mari kita mencoba untuk memaknai hidup dengan berusaha untuk selalu berkata dan berlaku jujur. Wallaahu’alam.

Friday, November 11, 2011

Sombong Akar Segala Kesengsaraan


Sombong Akar Kesengsaraan

Sombong adalah sikap merasa lebih, merasa besar, merasa hebat, merasa paling kaya, paling hebat, paling kuat, sikap selalu ingin dihormati, merasa paling mulia dan paling-paling yang lainnya. Betapa berbahayanya menyimpan, mengendapkan dan menunjukan sikap seperti ini dalam diri. Mengapa berbahaya? Ya sikap seperti ini membuat seseorang tidak mampu berkembang, sikap sombong  akan menutup segala pintu kebaikan orang lain terhadap dirinya. 

Kesombongan pertama kali diperlihatkan oleh makhluk Allah yang bernama Iblis. Ia tidak rela di saingi makhluk Allah yang datang (diciptakan) selanjutnya, manusia. Ia tidak rela saat diminta sujud, dalam arti menghormati nabi Adam, ia enggan, karena sombong, dan masuk dalam kelompok orang yang kafir (ingkar). Iblis bukan makhluk yang tidak beriman kepada Allah, tapi mengingkari apa yang diperintah-Nya. (baca Qs. Al-Baqarah (2): 34)

Betapa kesombongan sangat menyengsarakan diri, realitas kehidupan manusia secara fitrah tidak menyukai sifat sombong. Mari kita bertanya pada diri sukakah kita pada orang yang sombong?, atau bertanyalah kepada yang lain apakah mereka menyukai orang sombong? Saya yakin banyak orang yang tidak menyukainya. Rasulullah SAW bersabda, “Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan. (HR. Muslim).

Surga adalah symbol kebahagiaan, ketentraman dan kedamaiaan yang abadi. Secara maknawi ia bisa dihadirkan di dunia dan secara hakiki berdasarkan keyakinan agama surga adalah tempat mereka-mereka yang hidupnya di dunia membawa kedamaian dan membahagiakan, apakah itu diri sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan, dalam arti mereka adalah orang-orang yang cinta pada jalan Tuhannya mereka adalah golongan orang-orang yang bertaqwa. Lawan kata surga adalah neraka, ini adalah tempat sebaliknya dari surga, dan mereka-mereka mereka yang sombong adalah penghuninya.

Semoga kita senantiasa menyadari akan hakekat diri kita, dari mana asal, untuk apa ada (hidup di dunia) dan akan kemana setelah ada berganti pada ada yang lain. Bahagia atau sengsara. Dan semua itu merupakan pilihan kita saat ini, itupun jika mempercayainya. Dan yang pasti untuk apa sombong, karena di atas langit masih ada langit.

Thursday, November 3, 2011

Kemuliaan Hidup

Kemuliaan Hidup
Aneh, kalau ada manusia di dunia ini  nanti tidak ingin menjadi orang yang mulia, bahagia di dunia dan akhiat. Siapapun dia pasti ingin menjadi orang yang mulia. Kita bisa menyaksikan dalam realitasnya banyak orang mencari jalan kemuliaan, namun bukan kemuliaan yang di dapat melainkan kehinaan. Mengapa demikian? Karena mereka salah memahami apa kemuliaan itu. Mungkin yang dimaksud hidup mulia menurut mereka adalah harta yang banyak, rumah yang bagus,  pujian dari banyak orang dan setiap dia berjalan orang hormat bahkan takut padanya.
Untuk menapaki jalan kemuliaan, marilah kita ingat pesan yang tercinta rasulullah SAW. Beliau menyampaikan pesan mengenai standar sebuah kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat, beliau menjelaskan, “Kemuliaan dunia adalah kekayaan dan kemuliaan akhirat adalah ketakwaan. Kamu, baik laki-laki maupun perempuan, kemuliaanmu adalah kekayaanmu, keutamaanmu adalah ketakwaanmu, kedudukanmu adalah akhlakmu dan (kebanggaan) keturunanmu adalah amal perbuatanmu.” (HR. Ad-Dailami)
Saya mencoba memahami pernyataan Rasulullah tercinta tersebut, dan inilah pendapat saya, dunia adalah materi, maka kecukupan dunia adalah terpenuhinya materi. Akhirat bukan materi, tapi “suatu” dibalik materi, karena “sesuatu” itulah materi menjadi berharga (bermakna) bagi kehidupan. Sesuatu yang dimaksud    disini merupakan pengejawantahan dari keyakinan, kesadaran (iman) kepada Sang Pencipta dan Pemilik Materi. Maka ketika terjadi singkronisasi antara sisi materi dan non materi, itulah kekayaana yang sebenarnya, kekayaan karena ketakwaan, kekayaan karena akhlak yang shaleh. kekayaan yang membawa kemuliaan. Hidup menjadi mulia karena Allah ridho, Allah cinta, Allah senang.
Hidup ini adalah amanah-Nya, amanah harus dijaga sesuai dengan pesan pemiliknya. Ketika sipemilik meminta apa yang dia titipkan lalu kita mampu mengembalikannya dalam keadaan yang lebih baik, tentu dia senang, namun jika titipan (amanah) itu hilang, rusak, pastilah sipenitip akan marah. Saat kita mampu menjaga amanah maka yang muncul adalah kepercayaan, dan kepercayaan itulah kemuliaan, kekayaan, keutamaan, akhlak dan amal perbuatan semua terangkum dalam kalimat taqwa. Semoga bermanfaat, wallaahu ‘alam.

Tuesday, November 1, 2011

Tempat itu Bernama Surga


Tempat itu Bernama Surga

Setiap agama menjanjikan surga. Surga sebagai janji balasan terhadap kebaikan (ibadah, pengabdian) yang dilakukan setiap manusia yang menjalankan perintah Tuhannya. Surga adalah adalah tempat hidup terakhir dan berlaku “abadi” setelah hidup di dunia. Dalam keyakinan saya sebagai seorang muslim, surga merupakan terjemahan dari jannah. Kata jannah ini sendiri berarti taman atau paradise, firdaus dalam bahasa Arabnya.
Seperti apakah surga itu? Rasullah SAW bersabda yang artinya:

Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah Swt berfirman: "Aku menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam benak manusia. Oleh karena itu bacalah kalau kamu suka ayat: 'Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.' (As-Sajdah: 17)." (Mutafaq'alaih)

Allah akan memberikan sesuatu yang sangat rahasia. Dan sisi kerahasiaan ini menjadi ujian bagi setiap manusia, mau mengakui atau mengingkarinya. Jika mengakui tentu tidak sekedar mengakui, namun setiap orang yang mengakui harus mencari dan mengikuti jalan tersebut agar sampai pada tempat yang dituju, yaitu satu tempat rahasia namun penuh dengan kenikmatan/kebahagiaan.

Surga merupakan tempat kebahagiaan, kesenangan, kenikmatan abadi, tidak ada seorangpun yang tidak ingin memasuki dan mendambakannya. Ada yang mencari jalannya dengan menjadi martir bagi keyakinannya dengan alasan mendapatkan mati syahid yang balasannya otomatis surge, bahkan seorang bromocorah sekalipun pasti dia ingin masuk surga.

Begitulah indah kehidupan alam surga segala kenikmatan yang sulit digambarkan tidak akan pernah luput dirasakan para penikmatnya. Dan ada satu kenikatan yang tiada tandingannya yaitu bertemu dengan sang pencipta, Allah, rabbul’alamin. Berita tersebut telah disampaikan oleh utusannya tercinta Muhammad SAW berikut :Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah pernah ditanya seseorang : “Wahai Rasulullah, apakah kita bisa memandang Rabb ?” Beliau menjawab: “Apakah ada yang menghalangi pandangan kalian terhadap rembulan pada malam purnama ketika tidak terhalang awan?”. “Tidak”. Jawab orang itu. Beliau bersabda: “Begitu pula kalian memandangNya pada hari Kiamat”.

Itulah surga gambaran abstrak nikmatnya sebuah kebahagiaan sesungguhnya yang memang abstrak, namun hanya orang-orang yang yakin kepada-Nya sajalah yang akan menjadikannya sebuah realitas. Hanya Dia Yang Maha Tahu.

Saturday, September 24, 2011

Hidup adalah Masalah, Masalah adalah Ujian dan Hidup itu Ujian (Sebuah Renungan)

Hidup adalah Masalah, Masalah adalah Ujian dan Hidup itu Ujian
(Sebuah Renungan)

Perjalanan hidup pastilah tidak akan selama mulus. Dari setiap hembusan nafas yang keluar saat itu juga masalah selalu menghadang.  Dari setiap yang kita usahakan juga membawa masalah. Ringan atau berat tergantung kita, karena kitalah yang membuat masalah itu. Misalnya saat saya sedang menulis tulisan ini sebenarnya saya sedang membuat masalah, ketika tulisan ini akan saya publikasikan sayapun sedang membuat masalah. Masalah ini bisa menjadi baik bahkan mungkin juga sebaliknya, tergantung pembacanya.

Dalam realitas hidup ada orang yang “kaya” dan adapula orang yang “miskin”. Banyak diantara kita memberikan persepsi, kaya itu banyak uang dan miskin itu tidak punya uang, jadi ukuran kaya adalah uang, itulah mata dunia, karena ia materi. Namun diantara milyaran manusia ada sedikit sekali orang yang memberi persepsi bahwa uang bukan ukuran kekayaan. Kekayaan itu adalah rasa syukur, namun lagi-lagi itu juga masalah.

Pekerjaan yang kita geluti itu penuh dengan masalah, makanan dan minuman yang kita nikmati merupakan bagian dari masalah. Teman yang kita akrabi, istri yang kita gauli, anak yang kita sayangi, orang tua yang kita cintai, kendaraan yang kita miliki dan sekali lagi apa yang ada dalam lingkup hidup kita sehari-hari itu adalah masalah.

Dalam bahasa inggris masalah disebut problem sedang penyelesaiannya dikatakan solving. Maka saat kita menyelesaikan setiap masalah kita, kita sedang melakukan problem solving. Setiap saat kita melakukan problem solving dengan diri sendiri, orang lain bahkan dengan lingkungan sekitar. Ketika masalah itu kita anggap selesai sebenarnya masalah itu belum selesai. 

Lalu sampai kapan masalah itu berakhir? Sampai mati? Tidak, saat kematian itu datang juga tidak menyelesaikan masalah, malah kematian membawa masalah bagi orang-orang yang masih hidup, itu yang pertama. Yang kedua belum tentu kita bahagia di alam kubur sana (maaf ini khusus bagi yang percaya pada kebahagian atau  kesengsaraan alam kubur). Lalu bagaimana agar masalah kita itu selesai saat kematian datang? Gampang aja ko, berusahalah untuk istiqomah sesuai dengan petunjuk arah yang telah disampaikan utusannya tercinta, Muhammad SAW. Lha hal itu jugakan masalah? Yups benar sekali, tapi berusaha untuk istiqomah di jalan-Nya, itukan langkah problem solving, problem solving untuk masa depan yang abadi , masa depan yang membawa pada bahagia (sekali lagi bagi yang percaya). Menuju bahagia itu masalah, namun ketika saat itu kita bahagia maka masalah itu tidak ada lagi. 

Mohon maaf jika sulit dipahami karena ini adalah masalah.
Salam



Monday, August 29, 2011

Jika Idul Fitri Berbeda? Gitu Aja Ko Repot!

Jika Idul Fitri Berbeda? Gitu Aja Ko Repot!

Banyak orang mengganggap aneh tapi ada juga yang menganggap “ah itu sih biasa”. Banyak juga mereka yang di buat  bingung, tapi sebagian yang lain bilang, “ngapain bingung.” Ada yang bilang, “sebenarnya bisa tidak berbeda”, tapi yang lain bilang, “mengapa takut berbeda.” Ada yang bilang, “pemerintah dan ulama di negeri ini memang aneh”, lalu dijawab, “kalau tidak aneh ya bukan Indonesia namanya.” ada yang bijak berkata ,”tak perlu dipermasalahkan”, lalu di jawab, “gimana ndak perlu dipermasalhkan lha wong itu emang masalah.” “Ya sudah tidak perlu di perbesar”, “gimana ngga besar lha wong perbedaan itu disiarkan”, “yo wis, gitu aja ko repot.” Oh ya masih hampir lupa, adajuga yang bilang, ” puasa kamu haram hukumnya, karena sudahmasuk  idul fitri”, lalu di jawab, “haramkan menurut pendapatmu, kalau pendapatku ya halal karena hilalnya ga nampak sore itu, jadi ya di genapkan saja”.

Aku sendiri berpendapat perbedaan penentuan hari raya idul fitri memang tidak perlu terjadi, karena logika saya tidak dapat menerimanya. Gimana tidak?, kita berada dalam satu negara, perbedaan waktunya tidak signifikan antara yang satu dengan yang lainnya, bulannya sama, metode tercangih untuk rukyatul hilal masa kini sudah ada, sebagaimana yang dilakukan rasulullah dalam menentukan awal dan akhir ramadhan sudah jelas, rukyatul hilal.”, Antara rukyatul hilal dan hisab sebenarnya juga tidak berbeda, lalu apa penyebabnya? mau tahu?

Jawabnya ada pada egoisme pemahaman para pemimpin agama atau tepatnya ormas islam yang ada di negeri ini. Jika mereka mampu sepakat dan mengikis egoisme itu insya Allah, perbedaan tidak akan terjadi. Jika masing-masing mau mengikhlaskan diri yakinlah perbedaan ini tidak akan terjadi. Namun fenomena yang ada sekarang inikan masing-masing ormas keukeuh pada yang tidak esensial, nampaknya masih ada gengsi yang tinggi untuk berpadu menyepakti yang memang sudah jelas dan sangat pantas untuk disepakati diantara pemimpin ormas di negeri ini. Namun selama mereka keukeuh pada pakem masing-masing, selama itu pula kita akan menemui perbedaan.

Lalu bagaimana solusinya? kita sudah diberikan kemampuan oleh Allah untuk berfikir untuk menentukan jawaban dari masalah yang selalu ada dalam hidup ini (problem solving). Insya Allah hari ini para ahli astronomi akan melakukan rukyatul hilal dari berbagai penjuru negeri, jika memang belum ada yang melihat, ya kita genapkan saja, namun jika sudah ada yang melihat, berarti kita harus mengakhirinya, gampangkan? “gitu aja ko repot.” (meminjam istilah almarhum, almaghfurullah, allahu yarham, KH. Abdurrahman Wahid)

Akhirnya saya ingin mengucapkan:
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1432 H
Minal a’idin wal faizin, kullu amin wa antum bikhair
Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Tuesday, August 23, 2011

Malam Penutupan Sementara Pengajian

Kegiatan rutin tahunan Pengajian Nurul Islam Ciledug setiap bulan ramadhan menjelang penutupan sementara pengajian dalam rangka menyambut hari raya iedul fitri 1432 H diisi oleh berbagai kegiatan ibadah dan  kebersamaanseperti;

1. Kegiatan Ibadah; maghrib, isya, tarawih dan qiyamullail dan shalat subuh berjamaah
2. Kebersamaan; Buka puasa sahur bersama
3. Dzikir dan doa bersama
4. Games interaktif
5. Nyantri semalam (nginep di pengajian)





Alhamdulillah, sekedar memberikan satu fase pengalaman hidup kepada mereka yang dapat memberikan kesan tertentu pada suatu saat nanti. Kegembiraan, kebersamaan dan pengetahuan serta pengamalan agama menjadi satu, sekedar memberi satu warna hidup yang berbeda dari keseharian.

Semoga ada manfaat yang dapat dicapai untuk sebuah perubahan, Allahu akbar !!!


Thursday, August 11, 2011

Ramadhan; (memang) Bulan Untuk Berpesta (bagian kedua)

 Ramadhan; (memang) Bulan Untuk Berpesta (bagian kedua)

Sungguh luar biasa bulan yang satu ini, seakan ia menjadi central dari segala aktivitas kehidupan seorang yang mengaku sebagai muslim. Ramadhan, khususnya di indonesia memang seperti bulan pesta, lihatlah realitas yang yang ada, gegap gempita, suka cita, makanan, minuman, pakaian, uang, kembang api, siaran TV yang disajikan twenty 4 hours dengan sajian hiburan plus berbagi hadiah (entah benar atau tidak) dari sponsor plus selingan acara-acara sinetron berbau keagamaan atawa komedi-komedi yang menayangkan kekerasan secara halus, bahkan pembakaran petasan yang suaranya bersahut-sahutan dan kerap menimbulkan kerusuhan.
Awal ramadhan masjid penuh sesak, namun seminggu kemudian masjid/musholla kembali sepi. Saat itu suana beralih, mal-mal dan pusat perbelanjaan/pasar penuh rapat dipadati pengunjung untuk membeli berbagai ragam kebutuhan untuk menyambut berakhirnya puasa ramadhan. Uang mengalir bak air datang di musim hujan. inikah yang kita maksud dengan barakahnya ramadhan?

Dibalik realitas pesta yang kasat mata, ada juga pesta dari sisi lain yang dilakukan sebagai sarana memaknai hadirnya ramadhan bulan penuh berkah ini. Banyak orang yang pada bulan ini meningkatkan kualitas sosialnya dengan berbagi kepada saudara-saudara yang membutuhkan. Masih ada mereka yang mau berpesta untuk menggapai cinta kasih-Nya dengan memperbanyak dzikir, ‘itikaf, tilawah al-quran, tafakkur, tasyakkur, mengkaji keyakinan untuk peningkatan kualitas dirinya. Puasa ramadhan benar-benar dimaknai dengan penahanan diri extra keras terhap segala nafsu duniawi.

Namun realitas maknawi bulan suci ramadhan yang seharusnya muncul tertutup oleh dominasi realitas yang semu dan sangat kontradiktif ini. Apa mau dikata, pandangan dan pemahaman mayoritas telah menjadi tradisi. Entahlah apakah nilai-nilai yang begitu mendalam dari ajaran Tuhan agar orang-orang yang berpuasa menjadi orang yang bertaqwa setelahnya dapat diraih atau tidak, karena hanya Dia yang tahu, akhirnya mari kita berpesta dan pesta yang mana yang kini kita sedang lakukan. Wassalam