Renungan;
Belajar Dari Dinar
Dinar
, apa itu dinar? Siapa itu dinar, ada
apa dengan dinar?
Dinar
yang dimaksud bukanlah nama orang tapi nama alat tukar resmi negara-negara
timur tengah. Dinar yang menjadi bahasan renungan saat ini sama dengan uang, sebagai
alat tukar. Itulah dinar, meski tentu saja secara kualitas dinar berbeda dengan
uang secara umum yang sangat fluktuatif. Namun sekali lagi bukan itu yang ingin
di bahas.
Lalu
ingin membahas apa dong? Begini, ide tulisan ini datang dari ungkapan seorang
teman yang menjadi pembicara saat acara pengajian raudhah civitas alumni YISC
al-Azhar. Apa ungkapannya? kurang lebihnya seperti ini. Kata dinar tersusun
dari dua kata, pertama din dan naar.
Tentu saja pengertian yang beliau ungkapan bukan berasal dari kamus atau
definisi ilmiah hasil sebuah kajian mendalam. Namun jika saya mencoba
meniliknya dari sisi lain, saya menemukan maknanya.
Begini,
Din, adalah kata yang jika
diterjemahkan berarti agama dan Naar,
adalah api dalam hal ini adalah neraka. Din,
adalah sebuah aturan-aturan hidup yang memberi arah pada kepatuhan seorang
hamba terhadap yang diyakininya sebagai sebuah kebenaran mutlak, Allah SWT.
Jika manusia berada pada jalurnya selama hidup di dunia, maka pada kehidupan
selanjutnya manusia akan diberi tempat yang penuh dengan kebahagiaan. Sedangkan
Naar adalah api, neraka yang disediakan untuk manusia yang menyimpang dari
kebenaran-Nya.
Mau din atau naar?
Saat
manusia mampu mengelola nikmat Allah dalam arti apa yang dimilikinya bukanlah
miliknya sehingga dengan penuh kesadaran sebgai rasa syukur ia menjadi orang
yang dermawan sehingga menumbuh suburkan kehidupan yang shaleh, di dunia manusia
telah menciptakan surga, karena mengikuti kebenaran din. Namun jika sebaliknya, saat manusia tidak mampu mengelola
amanah kehidupan, menggunakan dinar (uang)
untuk kehidupan menjadi pemuja budaya hedonism, menyelewengkan nikmat Tuhan
yang dimilikinya, manusia itu telah menciptakan neraka di dunia yaitu kehidupan
yang penuh dengan penderitaan, karena tidak mempedulikan kebenaran din.
Belajar
dari Dinar, saat kita mampu memanfaatkannya dan mengedalikan hawa nafsu untuk
kepatuh-tundukan pada ajaran-Nya sehingga pada dinar yang kita dapatkan
hanyalah din-nya. Demikian renungan
singkat pagi ini, semoga bermanfaat. Wallaahu
a’lam bishawwab.