Monday, April 20, 2009

Ada Apa Dengan Masjid Kubah Emas?

Ada Apa Dengan Masjid Kubah Emas?

Beberapa kali dari beberapa teman yang berbeda bertanya kepada ane tentang masjid kubah emas yang ada di Depok Jawa Barat. Hampir semua diantara mereka terlihat tidak puas mendengar jawaban saya. Begini ceritanya;

Diantara teman-teman yang datang ada yang pernah mengajak berkunjung kesana, tapi tidak bisa karena ada sesuatu hal. Ada juga teman yang menceritakan pengalaman menyaksikan kemewahan masjid itu dan lain-lain, pokoknya mereka yang pernah kesana selalu berdecak kagum. Saya sendiri memang belum melihat dengan mata kepala saya sendiri, tetapi kalau melalui media seperti di TV sih pernah, malah salah satu sta. tv swasta, masjid itu menjadi tampilan utamanya ketika adzan maghrib dan subuh.

Memang masjid itu sangat fenomenal dan wah (walau belum melihat langsung), atau sekedar mendengar ungkapan dari beberapa ibu-ibu majlis ta’lim dan teman-teman yang pernah mengajak saya. Misalnya saya pernah melihat dari tayangan salah satu TV swasta dalam acara infotainmentnya yang akan meliput masjid tersebut tapi tidak bisa masuk karena masjid dan areal sekitarnya sedang dibersihkan, jadi ditampilkan dari luar saja. Melihat dari tayangan TV tersebut, terus terang melihat pemandangannya saja saya sangat senang. Indah sekali nampaknya. Subhaanallah.

Tapi ada yang membuat saya enggan berkunjung kesana, mengapa? Karena kubah mesjid itu berlapis emas. Lho memangnya kenapa? Bukankah itu menunjukan kebanggaan? Seorang teman pernah menyanggah seperti itu. Tapi bagiku tidak, kubah emas itu (kalau memang benar-benar terbuat dengan lapisan emas) membuat hati ini sedih, kenapa? Emas itukan sangat berharga karena harganya mahal, entah berapa kilogram emas habis untuk melapisi kubah masjid itu, jika diungkan luar biasa bukan?

Bagiku itu adalah masjid tempat yang mulia, emas yang ada di kubah itu merupakan bentuk kemubaziran, mengapa mubazir? Begini kemuliaan/ibadah tak bisa disandangkan dengan kemubaziran. Maksudnya, emas adalah harta yang sangat berharga, lalu ia diletakan disebuah tempat yang akan membuat emas itu menjadi tak berharga, mengapa? Emas itu seakan dihambur-hamburkan, seperti apa? Emas itu lambat laun akan berkurang kadarnya karena terpaan alam seperti panas, dingin, angin dll, bukankah itu sama dengan mubazir? Lho kalo gitu apa bedanya dengan monas, kenapa kamu mau kesana? Sanggah temanku lagi, yup, anda benar, saya mau kesana karena monas itu bukan masjid. Itu tempat hiburan/rekreasi, jawabku.

Lalu kamu ga bangga dong? Apa yang perlu dibanggakan, untuk apa membanggakan bangunan, aku akan bangga jika ada orang yang mau berkorban memperjuangkan nasib umat Islam yang terbelakang dari sisi pendidikan? Aku bangga dengan orang yang mau memperjuangkan agamanya, dan bukan “menjual” agamanya. Nah, itulah yang kamu tidak tahu, lokasi itu telah menjadi lokasi emas karena telah menghidupkan ekonomi “ummat”, banyak orang yang berjualan di sana, balasnya. Kalau memang begitu ya bagus dan patut kita banggakan. Dan aku tak pernah menyanggah hal itu.
Kalau begitu kapan kita kesana? Ajaknya lagi. Kalau masjid itu sudah tak berkubah emas, jawabku, singkat. Begini, selama masjid itu masih berkubah emas mungkin aku tidak akan mau kesana. Banyak hal yang membuat hati ini begitu menentang rumah ibadah yang berbalut kemewahan.

Akhir dari obrolan saya meminta maaf atas kebodohan saya yang tak bisa membanggakan apa yang mereka banggakan. Kita hanya berbeda sudut pandang dalam memahami esensi sesuatu, tak perlu dipermasalahkan, anggaplah kita sedang berbagi rasa, kamu merasakan kebanggaan dari apa yang kamu lihat, saya hargai, dan tolong hargai juga kesedihan apa yang saya saksikan. Banyak orang yang sependapat dengan anda, tapi ada pula orang yang mengalami perasaan serupa dengan saya. Wallaahu a’lam.

Mungkin diantara kita ada yang punya pengalaman atau argumentasi lain? Monggo.

No comments: