Wednesday, February 18, 2009

Fenomena Ponari

Fenomena Ponari
Oleh: Aagun
http://aagun2010.multiply.com
http://pengajianurulislam.blogspot.com


Kini fenomena baru dan luar biasa kembali melingkari tayangan-tayangan media cetak serta elektronik kita. Ponari. Ya, bocah usia 10 dari jombang jawa timur begitu fenomenal bak selebritis baru dan telah menarik energi jutaan manusia Indonesia dan mungkin bukan hanya Indonesia yang telah disihir oleh pemberitaan media cetak maupun elektronik, mungkin bisa mengalahkan hiruk-pikuk pemilu dengan segala atributnya atau kampanye calon legislative.

Entah apa sebanya ribuan warga begitu meyakini kesaktian batu ajaibnya dengan hanya dicelupkan pada wadah-wadah air yang sangat sederhana yang dibawa para pasiennya. Tak masuk akal begitu kira-kira sangkaan dari kebanyakan kita yang tak mengalaminya, tapi ratusan orang yanghadir di sana rela antri berdesak-desakan hingga ada yang meregang nyawa seakan tak menyurutkan keinginan menghentikan langkah, malah semakin “menggila”, subhanallah.

Saya melihat tayangan salah satu stasion televisi yang menunjukan “kegilaan” para pasiennya ketika untuk sementara ditutup karena telah menelan beberapa korban meninggal karena berdesak-desakan mengantri celupan batu dari tangan sang dukun cilik yang fenomenal itu. Apa bentuk kegilaanya? Para pasien mengambil apa saja yang berhubungan dengan diri ponari. Ada yang mengambil tanah di dekat kamar mandi, mengambil air kotor dari selokan dekat pemandian dan lain lain, inna lillaahi wa inna ilahi raajiuun

Kita tak bisa menyalahkan ponari maupun pasiennya, dan kita tidak bisa mengutuk perilaku mereka, apa lagi dengan predikat musyrik, sebagai mana teman bicara saya sesama muslim saat membahasnya. Ada hal yang mendasar mengapa mereka melakukan itu, pertama; kemiskinan kedua keyakinan (agama) dan ketiga kebodohan. Miskin; ada kata hikmah yang mengatakan “kaadal faqru an yaakuuna kufran” , “kemiskinan yang membawa pengaruh disetiap sisi akan mendekatkan orang pada keingaran (kekufuran) kekufuran adalah kebodohan begitu kira-kira. Siapa yang bertanggung jawab tentu para ulama/cendikiawan muslim/ustadz-ustadz/kiayi-kiayi atau apalah sebutannya. Mengapa sampai terjadi hal ini? Dan mengapa bisa begini?

Adalah tanggung jawab dari para pemuka agama (islam) yang sadar di jawa timur khususnya untuk melakukan pendekatan yang baik kepada para pasien terutama, agar mereka tidak terjembab pada kemusyrikan. Peran pemerintah pusat dan daerah atawa orang yang akan memerintah juga para calon wakil-wakil rakyat hendaknya mau memikirkan dan mencari solusi, bukan hanya berdiam diri atawa malah menjadikan fenomena ini sebagai dagangan politiknya.

Entah kebenaran keampuhan pengobatan dukun cilik ini seperti apa, jika memang benar bisa menyembuhkan, tersiar kabar benar atau tidak praktek ponari ini akan ditutup? mbok ya jangan di tutup atau dilarang, tinggal diatur manajemen nya saja, mengapa? karena jika kita lihat mereka yang datang boleh dikata mereka adalah kaum tua renta yang dari sisi ekonomi dan pendidikan termarginalkan. Juga perlu adanya peran pemerintah desa, kelurahan atau kecamatan misalnya untuk memfasilitasinya, agar tidak jatuh korban lanjutan, sebab niatnya berobat malah sekarat atau menjemput maut, kasihankan?

Cukup bijak ketika Kak Seto menyatakan "Penutupan itu tidak bisa karena Ponari memang ingin tetap mengobati. Itu atas keinginan dia sendiri," ujar Kak Seto kepada okezone, Selasa (17/2/2009). Dan banyak orang juga butuh penyembuhan (penulis).

Untuk merealisasikan jalan tengah ini, Kak Seto telah meminta Bupati Jombang agar membangun tandon air yang disalurkan dengan pipa dan kran. Pengaturan ini diharapkan bisa membuat antrean pasien menjadi tertib karena pelayanan Ponari bisa dilakukan secara masiv. Sementara itu, untuk mengeliminir kekhawatiran praktik Ponari akan menimbulkan kemusyrikan, Kak Seto juga meminta para tokoh agama untuk memberi pengertian kepada umatnya sehingga tidak terjebak dalam kemusyrikan.” (http://news.okezone.com/read/2009/02/17/1/193420/1/kak-seto-sarankan-ponari-praktik-sepekan-2-kali)

Sekali lagi peran aktif orang-orang yang sadar dan mampu dari dan dalam segala sisi sangat dibutuhkan untuk menyembuhkan sebagian besar anak bangsa, sebagai dampak dari kerakusan dan kebodohan para pemimpinnya dan para ulamanya. Wallaahu ‘alam

No comments: