Tuesday, March 1, 2011

Tayangan Musik (Live) Pagi Dan Pelajar Bolos; Di Biarkan Sajakah?


Tayangan Musik (Live) Pagi Dan Pelajar Bolos; Di Biarkan Sajakah?

Beberapa stasiun TV swasta beberapa tahun terakhir ini gencar menggelar hiburan music di mal-mal pada jam delapan pagi kurang lebih dengan segmentasi pasar anak seusia pelajar tentunya. Tayangan music tersebut ditayangkan secara live dengan daya tarik artis-artis yang menjadi idola dan lagu-lagunya digemari anak-anak, remaja, pemuda bahkan jika kita saksikan orang-orangtuapun tak mau kalah. Tak ada yang salah dan tak perlu dikritik jika memang memberikan hiburan gratis bagi rakyat dan lapangan kerja bagi para artis bahkan mungkin para pedagang asongan, tentu bernilai positifkan?.

Tapi jika kritik itu ada ini karena ada yang terasa janggal dan mengganggu tentunya. Sebagai seorang pendidik menyaksikan fenomena tayangan tersebut merasa perlu menyampaikan kritik, bukan dari sisi isi/konten tayangan, tempatnya dimana dan siapa artisnya, tetapi berkait dengan jam dan hari tayang. Tayangan live music yang ditampilkan salah satu TV swasta nasional tersebut kalau tidak salah dimulai dari jam delapan pagi dan ditayangkan full selama satu minggu berturut-turut dari mall ke mall. Lalu dimana masalah yang perlu dikritik? Jam tayang dan hari tayang. Kenapa? Acara music live tersebut ditayangkan di hari-hari aktif untuk belajar para penonton yang mayoritas pelajar.

Penulis tidak tahu apakah kementrian pendidikan nasional mengetahui atau tidak acara ini, atau Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pernah melayangkan protes atau tidak pada stasion-stasion tersebut, lalu pihak sekolah dan pemda di jabodetabek yang merasa kehilangan murid atau tidak saat di daerahnya menjadi tempat dari aksi acara tersebut?

Yang pernah saya tahu dan terus terang saya salut membacanya, yaitu sikap tegas WaliKota Madya Tangerang, Bapak Wahidin Halim yang pernah memerintahkan anak buahnya menyetop tayangan music live tersebut di sebuah mall di tangerang dan mengkritik tayangan acara live music tersebut http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2011/02/15/brk,20110215-313586,id.html. Sebagai walikota tentu beliau bertanggung jawab rakyat yang dipimpinnya, terutama siswa-siswa sekolah karena beliau sendiri memang sangat konsen terhadap kemajuan pendidikan di daerahnya dan terhadap generasi muda yang dipimpinnya. Meski beliau sendiri nampaknya tidak pernah melarang jika acara tersebut diadakan pada hari libur dan liburan sekolah, tentu Karena ini tidak mengganggu siswa sekolah malah sebaliknya, acara ini tentunya menhibur, apalagi ditayangkan secara live.

Sebagai seorang guru tentu sangat prihatin dan pernah mencoba melihat sendiri tayangan tersebut, nyata-nyata benar adanya, ratusan anak-anak usia sekolah (tentu tanpa seragam) begitu antusias menikmati menyaksikan acara tersebut meski harus berjubelan dengan yang lainnya. Masalahnya bagaimana dengan sekolah mereka? Bukan tidak mungkin diantara mereka yang memang haus hiburan dan ingin melihat tokoh idolanya lalu rela dengan terpaksa meninggalkan bangku sekolah (membolos) sekedar menyaksikan sang idola menyanyikan lagu favoritnya diatas panggung, tentu ini sebuah kerugian besar tentunya.

Segaja saya tayangkan tulisan ini pertama merespon apa yang telah dilakukan walikota tangerang yang telah disampaikan sudah cukup lama dan kedua hingga saat ini sepertinya tidak ada berita atau respon dari pemerintah pusat, khususnya kementrian pendidikan dan KPI, juga para penggiat pendidikan lainya yang mengkritisi acara tersebut (mungkin sih ada tapi penulis tidak tahu). Sebagai manusia kita memang butuh hiburan, tapi jika hiburan itu mengganggu proses pencerdasan dan peningkatan kualitas sumber daya anak bangsa apakah kita harus mendiamkannya?

No comments: