Monday, February 7, 2011

Surat Terbuka Buat Presiden, Pemda DKI dan Sekitarnya

Usul Buat Presiden, Pemerintah DKI Jakarta dan Sekitarnya;
Mengatasi kemacetan serta Kesemrawutan Kota Jakarta Ibu Kota Negara RI

Macet, makanan harian masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Makanan ini sangat pahit sekali dan boleh dikata tak ada yang menyukainya. Berbagai upaya dilakukan, membuat jalan tol (he..he..he..sama aja) membuat fly over (kaga ngaruh), menggali under pass (ha..ha..podo wae), menambah lebar jalan? Kaga mungkin. Usul pemindahan ibu kota? Mungkinkah? 3 in one, he..he..he..ada pekerjaan baru, jadi jockey meski sering kucing-kucingan meski ogah-ogahan dari satpol PP, pusing…bingung…pemerintah, pemda, anggota DPR, pengusaha dan siapa saja.
Pertumbuhan kendaraan bermotor yang begitu pesat dan sangat mudah bagi setiap orang memilikinya menjadi salah satu daya tarik pemerintah untuk tetap mempertahankan karena pajaknya menggiurkan, meski uang pajak rakyat kerap kali menjadi permainan dan makanan empuk mereka-meraka yang mengerti bagaimana cara menyelewengkannya. Macet…cet…cet…, pusing..sing..sing…telat..lat..lat.
Hampir semua pengendara kendaraan bermotor dengan senang hati melanggar aturan lalu lintas, metro mini, angkot, mayasari bakti, PPD, kopaja, tukang beca dan bajaj menjadi raja jalanan, pejalan kaki memang tak punya hak di jalan, sebab trotoarpun menjadi sasaran penyelewengan pedangan tanaman hias, juga motor-motor yang ingin cepat sampai. Melanggar, ditilang ah..bukan masalah, entar juga keluar lagi, kong kalingkong kemacetan menjadi masukan bagi oknum-oknum nakal, weleh…weleh...negeriku tercinta.
Aturan dibuat memang untuk dilanggar, sebuah pepatah yang sebenarnya sangat merendahkan martabat penguasa dan pengelola negeri, tapi, ah emang gua pikirin, sebab mereka masih bisa berjalan lancar dalam ketersendatan, bisa pake jasa patwal, dengan sirinenya yang mengaung-ngaung. Habis akal, bus way tak bisa menjadi solusi, kereta jabotabek kerap merugi…aneh yah…penumpang berjubel tapi rugi terus, cling! Kenapa ya? Kendaraan umum banyak yang tak layak beroperasi tapi demi keuntungan tancap terusss, penumpang, pengguna jasa angkutan umum tetap menjadi yang kena rugi. Konsumen adalah raja??? Raja apa ya?
Itu gambaran kesemrawutan lalulintah negeri ini, ada yang bilang dan saya juga berpendapat demikian, bahwa untuk melihat seseorang lihatlah ketika ia di jalan saat mengendarai kendaraan roda empat atau dua, trus kesemrawutan lalu lintas juga menjadi ukuran kemampuan atau tidaknya para pengelola negeri.
Usul Kongkrit
1.       Pemerintah harus tegas…gas..gas dalam menegakan hukum di jalan
2.       Berikan kenyamanan bagi para pengguna bus/kendaraan umum
3.       Jadikan semua jalur masuk jalanan Jakarta terapkan 3 in one (untuk membatasi penggunaan kendaraan masuk Jakarta)
4.       Buat lahan parkir besar (mall parkir) yang nyaman aman (resmi dan dijamin pemerintah) dan terlindungi pada titik-titik perbatasan antara Jakarta, tangerang, bogor dan bekasi untuk mengurangi kendaraan masuk Jakarta.
5.       Siapkan moda transportasi dari tiap mall parkir tersebut  yang nyaman menuju pusat-pusat bisnis, pemerintahan dan sekolah.
6.       Berikan kenyamanan pada setiap jalur kereta, karena ini satu moda transportasi yang merakyat
7.       Tata dan atur ulang moda transportasi angkot dan bus-bus yang hanya memikirkan keuntungan pengusaha angkutan semata, hal ini membuat para sopir mereka kejar setoran dan mengabaikan keselamatan penumpang.
Itulah kira-kira ungkapan hati penulis untuk presiden, para anggota DPR yang pastinya sering melakukan kunjungan keluar negeri dengan menggunakan uang pajak rakyat  untuk melakukan studi banding yang berhubungan dengan moda tranportasi masal, pemerintah daerah dan DPRD (tabobek).
Kemacetan (saya sangat yakin) sebenarnya bisa diatasi tanpa harus membuat jalan yang memang sudah kehabisan lahan di Jakarta. Ketegasan dan keberanian menegakkan aturan pemerintah itu kuncinya, solusi efektif, kreatif dan inovatif dari hasil studi banding anggota pemerintah maupun DPR, tinggal mau atau tidak mereka melakukannya.
Menambah ruas jalan, membuat underpass, fly over, monorail bukanlah solusi, tapi itu bisa menjadi solusi jika para pengambil keputusan mau berfikir yang menjadi akar dari masalah. Membatasi pengunaan kendaraan pribadi dan kendaraan masuk ke dan dari Jakarta pada hari-hari kerja serta mau legowo menyediakan fasilitas umum dan moda transportasi yang aman, nyaman menuju fasilitas-fasilitas bisnis, pemerintah dan sekolah itulah akar masalah kemacetan negeri ini, tapi…entahlah apakah mereka mau memikirkan usulan ini, wallaahu a’lam.





No comments: