Monday, October 19, 2009

Pengemis itu Malas, Benarkah?

Pengemis itu Malas, Benarkah?

Apa yang hadir dibenak kita ketika seseorang menyebutkan kata pengemis? Berikut jawaban teratas yang akan muncul; pemalas, mencari yang mudah, tak berani melawan tantangan hidup dan tidak kreativ, benarkah demikian? Setelah melihat dan memperhatikan, memahami dan mencoba merasakan, ternyata semua itu tidak selalu benar, dan yang benar menurut saya adalah, ikuti pemaparannya berikut ini.

Pengemis = Pemalas?
Apasih malas itu? Malas adalah tidak mau bekerja atau melakukan sesuatu. Apakah pengemis itu malas? Lihat di jalan-jalan raya pinggir kota jakarta semisal Bogor, Bekasi, Depok atau tangerang, banyak pengemis mulai ”menjajakan” dirinya dipagi hari berbarengan dengan karyawan swasta, hal ini tentu saja mengalahkan sebagian pegawai negeri ini. Mereka rela duduk dari pagi sampai siang, atau berjalan mengelilingi sudut-sudut kota, perumahan, pasar dengan jarak yang tentunya tidak dekat untuk mencari orang yang mau membeli rasa ibanya, sebagian mereka rela melawan panasnya terik mentari, jika kita menyaksikan ini, malaskah mereka? Mereka tidak berdiam diri, mereka melakukan suatu kegiatan. Malaskah mereka?

Pengemis = Mencari yang mudah
Sungguh bekerja menjadi pengemis bukanlah hal yang mudah, penuh tantangan dan daya kreatifitas tingkat tinggi. Saya yakin saya tidak akan mampu melakukannya, atau ada diantara para pembaca yang mau mencoba? Ha...ha...ha...siapa berani?

Pengemis = Tak berani melawan tantangan hidup?
Benarkah? Pengemis itu orang yang sangat berani melawan tantangan hidup, benarkah? Pertama ia membuang jauh-jauh rasa malunya. Mengiba bukanlah perbuatan yang mudah perlu kesungguhan dan tentu saja hal ini merupakan tantangan tersendiri. Resiko mengemis adalah cacian, cibiran, hinaan, makian resikonya ya diusir, bukankah itu tantangan? Resiko selanjutnya adalah trantib/Polisi Pamong Praja, yang pada moment-moment tertentu akan siap menangkap mereka, bukankah itu tantangan? Siapa diantara kita mau dan bisa ”berperan” seperti mereka, berani menerima tantangan?

Pengemis = Tidak kreatif
Setelah mencoba melihat dunia mereka, aku hanya bisa tersenyum. Pengemis itu sungguh luar biasa kreatifnya. Baju dibuat lusuh dan compang-camping, mampu memainkan peran mengiba untuk menarik perhatian dan mempengaruhi rasa kasihan orang disekitarnya, agar mau memberi dan berbagi. Mereka memoles diri dengan berbagai aksesoris yang membuat kesan kesakitan dan penderitaan, tidakkah itu kreatif?

Jika mereka mampu berperan melakukan hal seperti ini untuk mengais iba para konsumennya sehingga para konsumennya mau membeli ”kreatifitas” yang mereka tampilkan, malaskah mereka? Jadi ketika diri ini melabel para pengemis itu malas, tentu ini perlu kita petimbangkan lagi. Bandingkan, maaf dengan diri kita sebagian pegawai negeri, swasta atau ”orang-orang yang terhormat” di negeri ini. Bersambung

No comments: