Friday, August 13, 2010

(Renungan Ramadhan) Ramadhan; Antara Ide dan Realitas

Renungan Ramadhan
Bulan Ramadhan; Antara Ide dan Realitas

Hati ini seakan menolak realitas dan ide. Realitas, setiap menjelang ramadhan harga naik melambung tinggi, banyak orang begitu terlihat boros, sejak awal ramadhan pusat-pusat perbelanjaan modern dan tradisional tak penah sepi bahkan terjadi peningkatan permintaan. Kenaikan harga tentu sangat membawa penderitaan bagi mereka yang lemah dari sisi ekonominya, lain hal mereka yang tak bermasalah dari sisi ekonomi.

Ide, Ramadhan, satu bulan diciptakan-Nya bagi manusia untuk merenung (muhasabah) dan memperbaiki diri. Dalam satu bulan ini Allah membuat sebuah agenda perenungan yang kita sebut dengan puasa. Idenya puasa itu menahan diri, menahan hawa nafsu dari segala hal yang sebenarnya halal untuk dikonsumsi dan halal untuk dilakukan bagi mereka-meraka yang memang boleh melakukannya, pada waktu berpuasa, dari sisi fisik dan membiasakan diri dari segala perbuatan yang dilarang dan dibenci untuk dilakukannya, dari sisi ruhani.

Realitas yang seharusnya adalah harga-harga barang konsumi bergerak stabil, normal-normal saja, toh kita hanya pindah waktu makan saja dan itupun tentunya dilakukan tidak berlebihan karena orang yang berpuasa harus menahan diri, begitulah idenya.
Perkelahian antar masyarakat, suku, ras dan agama di suatu daerah beberapa tahun-tahun lalu di bulan ramadhan kerap terjadi, semoga di tahun ini tidak terjadi, walau beberapa minggu sebelum ramadhan sempat terjadi peluapan marah dari beberapa ormas di Jakarta dan sekitarnya, walau dalam skala kecil, semoga dibulan suci ini dan dibulan-bulan yang lainnya setelah ramadhan tidak terjadi, karena manusia telah dilatih untuk bersikap sabar, menahan diri dari perbuatan yang di benci-Nya. Tentu semua ini untuk merealisasikan ide dan realitas puasa. Hal ini yang hampir setiap tahun hendaknya menjadi bahan introspeksi dan pertanyaan diri, apakah kita sudah berpuasa? Mengapa kita ini begitu terlihat berlebihan dalam melaksanakannya? Mari kita pikirkan, bukankah realitas itu bertentangan dengan idenya?

Semoga dapat menjadi bahan perenungan bagi kita semua agar kita dapat memaknai puasa dengan sebenar-benarnya, sebuah perenungan untuk selalu berusaha menyesuaikan antara ide dan realitas. Ide yang berasal dari Tuhan, Allah SWT dan realitas yang seharunya manusia alami dan rasakan dari ide Sang Maha Pengasih dan Penyayang, wallaahu a’lam.

No comments: