Tuesday, November 3, 2009

Uang dan Pengaruhnya


(gambar: treest.wordpress.com/2009/03/18/uang-bahagia)

Uang dan Pengaruhnya

Dahsyat! Sambil mengeleng-gelengkan kepada, luar biasa!, begitulah kira-kira ungkapan ketika kita mau memikirkannya, astagfirullah, begitulah ketika kita menyaksikan fenomena yang tak tersadari dari sebuah kata yang hanya terdiri dari 4 huruf satu bunyi, Uang. Siapa mau?

Karenanya ada lagu yang tercipta. karenanya peradaban manusia semakin berkembang. Karenanya pula konflik tercipta dan kehancuran melanda. Orang menjadi senang jika memilikinya, juga ada gila karena tak sepeserpun hadir dikantongnya. Bunuh diri karena kebanyakan atau kekurangnya kerap kita lihat dan dengar dari berita. Bernilai positif dan negatif, bagai dua sisi mata uang sebagaimana ia dicipta.

Sebuah potongan syair lagu yang pernah top di tahun 80an misalnya, ”...uang bisa bikin senang tiada kepalang uang bikin mabuk tiada kepayang, lupa sahabat, lupa kerabat, saudara, mungkin juga lupa ingatan...”. atau sang raja dangdutpun dalam syairnya pernah mengungkap, ”semua orang mencarinya, dimana rupiah berada walaupun harus nyawa sebagai taruhannya banyak orang yang rela cuma karena rupiah. Tiada orang yang tak suka dengan yang bernama rupiah ...”. begitu kira-kira, tologn dibenarkan jika salah mengutip.

Dari potongan-potongan syair tersebut nampak kepada kita realita dari dahsyatnya pengaruh uang pada kehidupan. Begitu mempesonanya uang sehingga membuat diri lupa daratan. Penghargaan yang berlebihan atasnya telah membuat banyak manusia menderita. Penderitaan yang dibuat oleh kebodohan karena pendewaan. Ikatan keluarga, pernihakan, saudara, terpecah karena (uang) warisan, putus sahabat bisa karena uang, bahkan peperangan antar negara bisa terjadi karenanya, uang telah menjadi tuhan.

Apa yang kau cari? Pergi pagi pulang petang. Menguras pikiran dan tenaga serta banting tulang. Siang menjadi malam, malam menjadi siang, ada yang rela menjual diri bahkan kehormatan, tak lain untuk mendapatkan uang. Lalu setelah kita dapatkan, untuk apa? Tak lain dan tak bukan untuk menghilangkan dan memenuhi kebutuhan. Cukup? Selama masih menjadi manusia tak ada kata cukup, kurang? Pastinya, selama dunia materi masih mengikat dan mendominasi.

Hal ini dapat kita saksikan dari fenomena kemaksiatan di negeri ini, ada korupsi, kolus yang semakin marak di negeri ini. Demi uang, ada yang telanjang dan mengatas namakan seni, menghabur-hamburkan uang demi mendapatkan kepuasan sesaat, terjerat dalam lingkaran setan karena judi dan prostitusi, mereka bukan tidak punya uang, mereka banyak uang. Kalau menderita karena tak punya uang boleh dikata wajar, tapi jika sengsara akibat kebanyakan uang, tentu ada sesuatu dibalik itu.

Uraian tersebut seakan menyatakan dalam hidup tak ada aktivitas yang luput dari uang. Dari amal ibadah dan yang bernilai ibadah hingga maksiat yang paling hina sekalipun, peran uang tak bisa dipandang sebelah mata. Misalnya ada diantara kita yang ingin beribadah, tapi dalam prosesnya ada unsur maksiat di dalamnya. Misalnya, seseorang yang ingin menunaikan ibadah haji, kuota terbatas, tapi berkat uang ia bisa mendapatkan peluang melaksanakannya. Dan karena uang juga penyelenggara ibadah haji mempermainkan hamba Tuhan. Fenomena semacam ini membenarkan pepatah yang sangat menyedihkan, ”dengan uang semua lancar bersama uang urusan selesai”, innalillaahi wa inna ilaihi raajiuun.

Inilah kehidupan manusia, dan kita semua ada dalamnya. Kini kita sedang memegang peranan dan dalam peran itu uang menjadi bagian yang tak terpisahkan. Mampukah kita mengendalikan uang, atau malah dikendalikannya? Jika kita mampu mengendalikan uang, insya Allah kebahagiaan akan menyapa, tapi jika sebaliknya penderitaan segera hadir di depan mata, nauudzubillaahi min dzalik. Semoga tulisan bisa menjadi perenungan diri untuk menjadi yang terbaik dalam pandangan-Nya, amiin.

No comments: